1.5.12

Ilmu Nenek Penjual Pecel



Jika kita lewat Terminal Anjuk Ladang, Nganjuk, saat malam hari sekitar pukul 19.00 WIB, di sana ada nenek berusia 85 tahun yang menjual nasi pecel. Itu usia yang sudah teramat tua untuk bekerja, apalagi malam hari.

Namun, ia tetap bersemangat melayani para pembeli nasi pecelnya. Kelihatan tangannya masih terampil mengambil nasi, sayur, dan bumbu pecel jika mengingat usianya yang sudah uzur.

Saat ia melayani seorang pembeli, seorang sopir bus jurusan Surabaya-Jogjakarta menghampiri dan menyapanya, “Mbah, sampean kok masih jualan, padahal sudah tua. Bagaimana resepnya?”

Ternyata sopir pelanggan si mbah penjual pecel itu. Sopir itu sudah menjadi pelanggan mbah penjual pecel itu sejak 20 tahun yang lalu saat ia baru menjadi sopir bus.

Mendengar partanyaan sopir itu, si mbah penjual pecel menjawab, “Le, sing penting sampean sabar menjalani urip. Nerimo ing pandume Gusti. Ojo kakehan sing dipikir, kabeh iku wis ono garis uripe. Sing penting kerja sing tenanan lan sabar.”


“Le, sing penting sampean sabar menjalani urip. Nerimo ing pandume Gusti. Ojo kakehan sing dipikir, kabeh iku wis ono garis uripe. Sing penting kerja sing tenanan lan sabar.”

Maksudnya, Nak, yang penting sabar menjalani hidup, menerima apa pun yang diberikan Tuhan. Jangan terlalu banyak pikiran. Semua sudah ada garis hidupnya dari Tuhan. Yang penting bekerja dengan sungguh-sungguh dan sabar.

Mendengar jawaban mbah tadi, saya yang juga makan pecel di situ terhenyak. Betul juga kata mbah tadi. Sekarang banyak orang tidak sabar menghadapi hidup ini, mulai rakyat jelata sampai pejabat.

Gara-gara tidak tahan menghadapi beban hidup sekaligus ingin segera menikmati sukses, yang miskin tak sabar ingin cepat kaya, yang kaya ingin bertambah kaya, jalan pintas pun diambil, mulai dari mencuri, merampok, membunuh, korupsi, dan lainnya.

Resep si mbah itu layak kita lakukan. Jika manusia sabar, hidupnya akan tenang. Kalau sudah seperti itu, maka ia akan menjalani kehidupan dengan berbagai problemnya ini dengan santai dan tanpa beban karena hal itulah yang mendukung kesehatan badan dan pikiran.

Oleh: Mudzakkir Hafidh, Guru SDN Menanggal 601 Surabaya
Email: mudzakkirhafidh@yahoo.co.id

*dari koran SURYA, Jumat, 23 April 2010.
.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar